MU Tampil Proaktif, Namun Tak Berbuah Gol
Menariknya, pertandingan ini tidak berjalan sesuai prediksi kami di Ruang Taktik. Manchester United justru tampil sangat proaktif dan dominan dalam penguasaan bola, unggul jauh dengan ball possession yang signifikan. Statistik mencatat mereka menguasai bola jauh lebih banyak dan melepaskan 16 tembakan dibanding Spurs yang hanya 3 kali tembakan.
Meski begitu, efektivitas MU dalam mengkonversi peluang menjadi gol sangat minim. Justru Tottenham, yang di babak kedua lebih banyak bermain bertahan dan menunggu, berhasil mencetak satu-satunya gol kemenangan lewat crossing cantik Brenan Johnson di akhir babak pertama.
Formasi dan Strategi Tottenham Hotspur
Tottenham bermain dengan formasi 4-2-3-1 yang cukup solid. Solanke memimpin lini depan, didukung oleh Bisoma dan Bentancur di tengah, serta Richarlison dan Johnson sebagai sayap. Sementara itu, Man United tetap menggunakan formasi 3-4-2-1, menurunkan Duomon dan Ahmad Dialo untuk mendukung Houn di lini depan. Bruno Fernandes dan Casemiro berperan sebagai gelandang tengah yang mencoba mengendalikan permainan.
Yang menarik dari strategi Spurs kali ini adalah pendekatan pragmatis yang digunakan oleh pelatih Posti Goglu. Alih-alih bermain dominan dengan penguasaan bola, Spurs lebih banyak mengandalkan long pass dan serangan balik cepat. Taktik ini cukup efektif mengingat lini pertahanan MU kurang sigap menghadapi bola-bola silang dari sayap.
Spurs Manfaatkan Kelemahan MU di Sayap
Tottenham beberapa kali mencoba mengirimkan crossing dini dari sisi sayap, terutama lewat Richarlison di kiri. Taktik ini terbilang efektif karena pemain belakang MU kerap kesulitan mengantisipasi tusukan dan umpan silang. Terbukti, gol kemenangan Johnson lahir dari situasi serangan balik yang dimulai dari gagalnya pertahanan MU mengamankan bola kedua.
Bentancur melakukan penetrasi di ruang half-space sebelum mengembalikan bola ke Richarlison yang dengan bebas mengirimkan crossing akurat ke area penalti. Brenan Johnson yang berada di posisi tepat berhasil menanduk bola masuk, sekaligus menutup peluang MU untuk mencetak gol.
Babak Kedua: MU Tingkatkan Tekanan, Spurs Bertahan Kuat
Di babak kedua, Tottenham semakin menguatkan pertahanan dan fokus menunggu peluang serangan balik. Namun sayangnya, peluang-peluang Spurs di babak kedua kurang tajam dan tidak ada tembakan mengarah ke gawang Onana.
Manchester United mencoba meningkatkan intensitas serangan dengan mengganti beberapa pemain depan dan mengubah formasi menjadi lebih ofensif, yakni 3-2-5. Mereka berusaha memanfaatkan celah di pertahanan Spurs dengan crossing dan kombinasi umpan pendek. Sayang, upaya tersebut kurang maksimal karena lini depan mereka kurang klinis dan sulit menembus pertahanan rapat Spurs.
Pertahanan Kokoh dan Penampilan Gemilang Kiper Vicario
Menjelang akhir laga, Spurs bahkan menambah pemain bertahan untuk memperkuat lini belakang dan mencegah serangan MU. Bahkan winger seperti Son turun membantu menutup ruang di sisi sayap.
Penampilan kiper Vicario juga sangat menonjol dengan melakukan lima penyelamatan penting, termasuk menggagalkan peluang emas dari Garnaco dan sundulan kepala di menit-menit akhir pertandingan. Berkat kerja keras tim dan strategi yang matang, Spurs akhirnya berhasil mengakhiri masa puasa gelar mereka.
Kesimpulan: Adaptasi dan Pragmatisme Kunci Kemenangan Spurs
Meskipun pertandingan ini kurang atraktif dari segi jual beli serangan, taktik Posti Goglu yang berani beradaptasi dengan gaya permainan pragmatis terbukti efektif. Di sisi lain, Ruben Amorim dengan skuat yang tidak terlalu cocok dengan sistemnya harus memutar otak untuk mempertahankan performa. Pertanyaan besar kini, apakah dengan kegagalan lolos ke Liga Champions, Spurs akan mendapatkan anggaran tambahan untuk memperkuat skuad?