Final Liga Champions musim ini akan menyajikan pertarungan sengit antara Real Madrid, sang raja Eropa dengan 14 gelar, melawan Borussia Dortmund, tim kuda hitam yang berhasil mencuri perhatian. Akankah Madrid merengkuh gelar ke-15, atau justru Dortmund yang akan kembali menciptakan kejutan di Stadion Wembley? Mari kita bedah tuntas preview taktik final UCL ini.
Perjalanan Real Madrid Menuju Final
Real Madrid selalu menjadi unggulan di setiap gelaran Liga Champions. Konsistensi mereka terbukti dengan tiga kali mencapai final dalam tiga musim terakhir. Musim ini, El Real menunjukkan dominasi luar biasa dengan tidak pernah menelan kekalahan apapun.
Mereka melaju dari fase grup sebagai juara Grup C dengan rekor sempurna, enam kemenangan dari enam laga. Di fase knock-out, Madrid menyingkirkan lawan-lawan berat: RB Leipzig di babak 16 besar, sang juara bertahan Manchester City di perempat final, dan Bayern Munchen di semifinal. Statistik Madrid menunjukkan rata-rata penguasaan bola 52,7% per laga, menunjukkan kemampuan mereka untuk mengontrol permainan.
Kejutan Borussia Dortmund di Liga Champions
Di sisi lain, Borussia Dortmund bukanlah tim unggulan. Terakhir kali Die Borussen merasakan atmosfer partai puncak UCL adalah pada tahun 2013, di tempat yang sama: Wembley Stadium. Perjalanan mengejutkan Dortmund sudah terlihat sejak fase grup. Tergabung di “grup neraka” bersama PSG, AC Milan, dan Newcastle United, Dortmund berhasil lolos sebagai juara grup dengan 11 poin (tiga kemenangan, dua imbang, dan hanya satu kekalahan).
Di fase gugur, Dortmund sukses melewati hadangan PSV Eindhoven di babak 16 besar, lalu menyingkirkan dua tim kuat, Atletico Madrid di perempat final, dan Paris Saint-Germain (PSG) di semifinal. Dengan rata-rata penguasaan bola 45,6%, Dortmund menunjukkan bahwa dominasi bola bukanlah satu-satunya jalan menuju kemenangan.
Filosofi Taktik Adaptif: Kesamaan Madrid dan Dortmund
Menariknya, kedua tim memiliki kesamaan dalam pendekatan: kemampuan bermain adaptif. Baik Madrid maupun Dortmund tidak terlalu memahami penguasaan bola yang dominan. Mereka bisa menyesuaikan diri dengan lawan dan situasi pertandingan.
Prediksi Formasi dan Line-up Borussia Dortmund
Borussia Dortmund di bawah asuhan Edin Terzić kemungkinan besar akan menggunakan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3. Line-up inti mereka relatif stabil dalam tiga laga terakhir UCL:
- Kiper: Gregor Kobel
- Bek Tengah: Mats Hummels dan Nico Schlotterbeck
- Bek sayap: Julian Ryerson (kanan) dan Ian Maatsen (kiri)
- Gelandang Bertahan: Emre Can
- Pemain Box-to-Box: Marcel Sabitzer
- Gelandang Serang: Julian Brandt
- Penyerang: Niclas Füllkrug
- Pemain sayap: Karim Adeyemi (kiri) dan Jadon Sancho (kanan)
Dortmund dikenal sebagai tim dengan pertahanan terbaik di UCL musim ini, dengan rata-rata hanya kebobolan 0,8 gol per laga. Gregor Kobel bahkan mencatatkan enam clean sheet, terbanyak di kompetisi ini. Mereka sering membentuk blok medium kompak 4-4-2 untuk akses menutup progresi lawan dari tengah, dengan pemain sayap bertahan seperti Sancho dan Adeyemi yang rajin trackback membantu pertahanan full-back.
Prediksi Formasi dan Line-up Real Madrid
Real Madrid di bawah Carlo Ancelotti diprediksi akan menggunakan formasi dasar 4-4-2 yang sering mereka gunakan musim ini.
- Kiper: Kepastian kiper utama antara Andriy Lunin atau Thibaut Courtois masih dinantikan, mengingat Courtois sudah pulih dari cedera.
- Bek Tengah: Antonio Rudiger dan Nacho Fernandez
- Bek sayap: Dani Carvajal (kanan) dan Ferland Mendy (kiri)
- Lini Tengah: Eduardo Camavinga (mengganti Aurélien Tchouaméni yang absen), Toni Kroos, dan Federico Valverde.
- Garis Depan:
- Opsi 1: Jude Bellingham di belakang dua penyerang, Rodrygo dan Vinicius Jr.
- Opsi 2: Rodrygo digeser ke posisi winger kiri untuk mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Dortmund yang sering ditinggalkan Ryerson yang agresif membantu serangan.
Madrid unggul dalam aspek menyerang, dengan rata-rata mencetak 2,2 gol per laga, tertinggi ketiga di bawah City dan PSG. Ancelotti dikenal dengan permainan fungsionalnya, di mana pergerakan dan positioning pemain berdasarkan fungsi, bukan posisi. Ini menciptakan pertukaran posisi yang cair dan kelebaran maksimal saat menyerang untuk merenggangkan blok pertahanan lawan. Mereka juga sering memanfaatkan direct switch play yang dilakukan Toni Kroos untuk memindahkan serangan ke sisi terjauh.
Adu Taktik Final
Dortmund kemungkinan akan bermain lebih reaktif dan defensif, terutama saat situasi masih imbang. Mereka akan mengandalkan serangan balik cepat memanfaatkan kecepatan pemain sayap mereka dan agresivitas Ryerson. Selain itu, serangan langsung dengan umpan akurat dari kedua bek tengah (Hummels dan Schlotterbeck) ke belakang garis pertahanan lawan juga bisa menjadi senjata mematikan, seperti gol Füllkrug ke gawang PSG.
Meskipun Dortmund memiliki pertahanan yang solid, mereka harus mewaspadai keunggulan individu (kualitatif superioritas) pemain Madrid. Vinicius Jr. dan Rodrygo memiliki skill individu di atas rata-rata dan kecepatan untuk membongkar pertahanan Dortmund. Selain itu, Carlo Ancelotti dikenal piawai dalam melakukan perubahan taktik di tengah pertandingan. Pemain pengganti seperti Joselu, Brahim Díaz, atau Luka Modrić bisa menjadi super sub yang siap memberikan perbedaan di babak kedua, seperti yang ditunjukkan Joselu di semifinal melawan Bayern Munchen.
Final Liga Champions selalu menghadirkan drama, dan meski Real Madrid banyak diunggulkan, pertandingan ini pasti tidak akan mudah. Situasi bisa berubah-ubah, dan Dortmund siap memberikan kejutan.